19 August 2009

Gangguan Endoktrin Pengaruhi Kesehatan Jiwa

DALAM tubuh manusia, terdapat kelenjar endokrin yang ternyata dapat juga memengaruhi kesehatan jiwa. Gangguan pada kelenjar ini berujung pada tindakan yang tak masuk akal.
Tingkat kriminalitas di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, semakin meningkat saja. Lihat saja berita kriminalitas di televisi yang seolah tak ada habisnya. Ironisnya, tindak kriminal seperti pembunuhan terkadang hanya dipicu hal-hal sepele. Contohnya seseorang tega membunuh temannya hanya karena temannya menyetel televisi terlalu keras, sungguh tidak masuk akal. Kekerasan sepertinya sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dari hal yang sepele sampai yang berujung pada kematian. Budaya kekerasan atau kejahatan seakan-akan sudah menjadi gaya hidup kita, bahkan bisa juga dikatakan mengikuti kehidupan kita. Apa yang membuat orang kehilangan akal sehatnya? Baru-baru ini terdapat suatu hasil penelitian yang menyebutkan bahwa hilangnya pikiran positif, perasaan, dan kesadaran positif manusia itu terjadi karena gangguan kelenjar endokrin sehingga bisa juga menyebabkan manusia berbuat jahat.
"Peran kelenjar itu adalah mengatur metabolisme sehingga sangat berperan dalam kesehatan manusia," ujar drg Frissa Iswandi yang juga ikut melakukan penelitian.
Penelitian yang sudah terdaftar di Departemen HKI ini dilakukan selama hampir lima tahun, dengan responden kaum pria dan wanita. "Yang menjadi awal melakukan penelitian ini adalah bahwa saya penasaran kenapa masalah kejahatan sering sekali terjadi akhir-akhir ini," tandas ketua penelitian, Ir Harsono MBA.
Dari hasil penelitiannya, ternyata kejahatan karena hilangnya akal sehat seseorang sangat dipengaruhi kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar inilah yang mengeluarkan zat-zat kimia yang disebut hormon di dalam aliran darah yang sangat memengaruhi tubuh ataupun pikiran.
"Nah, semua tindakan jahat manusia, dari hasil penelitian membuktikan bahwa itu semua terjadi karena gangguan kelenjar endokrin. Kami mencurigai bahwa gangguan ini banyak berperan sehingga manusia bisa tidak menyadari akan moral, etika, hukum, sopan santun, tidak bisa berpikir atau menganalisis suatu keadaan," jelasnya.
Harsono menuturkan, responden yang mengalami gangguan ini memang orang sehat, bisa beraktivitas, melakukan transaksi bisnis, belajar, jalan-jalan, yang kesemuanya terlihat seperti tidak ada masalah.
Karena gangguan ini mengganggu ingatan, memori, serta daya pikir seseorang, maka kemampuan menganalisis persoalan pun hilang. Penyakit ini bisa dirasakan dalam jangka waktu sebentar ataupun lama. "Jadi, mereka yang terserang penyakit ini bisa hilang kesadarannya akan moral, etika, hukum, sopan santun hanya sesaat namun juga bisa lama, kesadaran dan pikiran benarnya bisa hilang," tandasnya.
Disarankan Harsono, bagi mereka yang tersiksa, tidak enak, menderita, stres, atau sering dan bisa mendengar suara-suara yang aneh di kuping (halusinasi), maka sediakan beberapa kamar yang bebas dari kebisingan atau keributan, di dalam setiap kamar itu bisa ditaruh beberapa barang seperti televisi, sound system, koran, ponsel, alat tulis, atau video games.
Lakukanlah hal tersebut apabila Anda merasa tenang dan nyaman, misalnya menonton televisi. Namun apabila Anda terganggu, matikan segera televisi tersebut dan ganti dengan kegiatan lainnya seperti membaca koran.
"Pokoknya lakukanlah hal-hal yang bisa membuat Anda tenang dan nyaman. Anda bisa memilih kegiatan lainnya seperti tidur atau Anda bisa memilih kamar lainnya apabila di kamar yang Anda masuki, Anda merasa sangat tersiksa, stres,tidak nyaman," pesannya.
Apabila tetap merasa tersiksa, tidak tenang,depresi,coba ajak salah satu anggota keluarga Anda. Anda bisa memilih anggota keluarga Anda yang tidak membuat anda tersiksa,stres,atau tidak enak saat menemani Anda.Ajaklah mereka untuk mengobrol, sehingga Anda bisa merasa nyaman dan menyenangkan.
?Kami mencurigai bahwa kita semua pernah terserang penyakit karena gangguan endokrin ini.Responden dari hasil penelitian yang kami pilih secara acak, dan hasilnya lebih dari 99% pernah terserang penyakit ini,?ujarnya. Menanggapi penelitian tersebut, ahli kejiwaan dari Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutera,Tangerang, dr Andri SpKJ menambahkan bahwa kelenjar endokrin terdiri atas beberapa kelenjar,yaitu adrenal, pituitary, ovarium, testis,tiroid,dan paratiroid.
Salah satu dari kelompok kelenjar endokrin yang paling berhubungan dengan perilaku manusia adalah kelenjar adrenal.Dalam sistem tubuh,kelenjar adrenal terdiri atas dua bagian yang bernama cortex adrenal dan medula adrenal. Masing-masing dari kelenjar ini menghasilkan hormon yang berbeda, tetapi mempunyai fungsi yang hampir mirip, yaitu memengaruhi sistem perilaku manusia.
"Medula adrenal menghasilkan hormon adrenalin dan noradrenalin, yaitu hormon yang penting dalam pengaturan fungsi 'fight or flight' pada manusia," papar dokter, yang juga mengajar di Universitas Kristen Krida Wacana ini.
Masih dikatakan Andri, hormon ini mengatur perilaku manusia dalam berhadapan dengan bahaya. Bersama-sama dengan hormon lain, pada kondisi bahaya yang mengancam maka hormon adrenalin akan dikeluarkan untuk menciptakan suasana siaga dari manusia itu.
Tidak heran bila kita sedang mengalami ketakutan akibat sesuatu, maka efek tubuh kita adalah meningkatnya tekanan darah dan gula darah, jantung menjadi lebih cepat, dan otot-otot bekerja lebih maksimal.
"Pada pasien yang mengalami kecemasan, kerja dari hormon adrenalin ini terkadang di luar dari kelaziman, pasien dapat mengeluh gejala-gejala di atas walaupun tidak akan kecemasan atau objek yang menjadi pemicu kecemasannya. Kondisi ini bisa ditemukan pada pasien gangguan panik," ucap dokter lulusan Universitas Indonesia ini.
Sementara itu, cortex adrenal adalah bagian kelenjar adrenal yang mengeluarkan hormon kortisol, yang sering disebut sebagai hormon stres. Hal ini terjadi karena pada orang yang mengalami stres, maka kadar kortisol di dalam darahnya meningkat. Peningkatan hormon kortisol ini berakibat buruk untuk kesehatan karena akan mengganggu sistem tubuh lainnya.
Andri menjelaskan bahwa dalam ilmu kedokteran, khususnya psikiatri, dikenal istilah poros Hipotalamus Adrenal Pituitary. Sistem inilah yang berpengaruh jika stres datang dan akhirnya aktif mengeluarkan hormon kortisol.
"Dalam pertemuan terakhir di kalangan psikiater yang berminat di bidang neuroscience dan psikofarmakologi di Malaysia 2007 yang saya ikuti, salah seorang profesor mengatakan bahwa karena kondisi inilah maka depresi saat ini bukan lagi disebut sebagai penyakit otak (brain disease). Epresi merupakan penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh (systemic disease) karena hormon yang dipengaruhi stres itu dapat bekerja di mana-mana," pungkasnya. (Koran SI/Koran SI) (nsa).

Posted by Wordmobi

2 comments: