14 April 2011

Sampah Dari Tsunami Jepang Akan Sampai di Hawaii Tahun Depan

Manoa - Gelombang tsunami besar yang dipicu oleh gempa Tohoku bermagnitudo 9 pada 11 Maret 2011 telah menghancurkan kota-kota di pesisir pantai dekat Sendai di Jepang hingga nyaris rata dengan tanah. Puing-puing ribuan rumah dan mobil yang hancur dihanyutkan gelombang tinggi ke laut. Gunungan sampah itu akan melintasi Samudra Pasifik dan "terdampar" di berbagai pantai di Amerika Serikat. 

Nikolai Maximenko dan Jan Hafner dari International Pacific Research Center, University of Hawaii, Manoa, membuat proyeksi daerah yang akan dituju oleh sampah tsunami tersebut. Mereka mengembangkan model simulasi berdasarkan perilaku pelampung hanyut di laut selama bertahun-tahun untuk tujuan ilmiah. 

Awalnya puing-puing itu menyebar ke arah timur dari pantai Jepang di pusaran arus subtropis Pasifik Utara. Dalam setahun, Northwestern Hawaiian Islands Marine National Monument akan melihat serpihan sampah itu tersapu ke pantainya. Dalam dua tahun, kepulauan Hawaii lainnya akan menyaksikan efek sampah tsunami itu. "Dalam tiga tahun, gunungan sampah kayu, plastik, besi, dan sebagainya itu akan mencapai pantai barat Amerika Serikat, menumpahkan puing-puing tersebut ke pantai-pantai California dan pantai British Columbia, Alaska, dan Baja California," kata Maximenko. 



Sampah tsunami itu kemudian akan terbawa arus menuju "pulau sampah" North Pacific Garbage Patch. Di sana, puing itu akan mengapung dan patah-patah menjadi serpihan yang makin kecil. 

Dalam lima tahun, pantai-pantai di Hawaii akan kembali mendapat serangan puing yang lebih kuat dan lama dibanding sampah tsunami yang mampir sebelumnya. Sebagian besar puing sampah itu akan meninggalkan North Pacific Garbage Patch serta berakhir di pantai-pantai dan terumbu karang Hawaii.

Proyeksi model ini dapat dimanfaatkan untuk membantu menyusun dan memandu operasi pembersihan dan pelacakan gerakan sampah itu. Pelacakan akan sangat penting untuk memastikan apa yang terjadi pada beragam material dalam puing tsunami itu. Misalnya bagaimana komposisi tumpukan puing berubah bersama perjalanan serta bagaimana angin dan arus memisahkan obyek yang hanyut pada kecepatan berbeda. 

Sebelum gelombang tsunami besar menghancurkan kota-kota pantai di Jepang, samudra dunia telah menjadi tempat sampah untuk berbagai sampah yang terbawa dari sungai, sampah yang terdampar ke pantai, sampah yang dibuang oleh anjungan minyak dan gas di tengah laut, serta sampah nelayan, turis, dan kapal-kapal niaga. Puing sampah laut ini telah menjadi masalah serius bagi ekosistem laut, perikanan, dan perkapalan. 

Dalam pemaparan yang disampaikan dalam International Marine Debris Conference V di Hawaii, Maximenko menggelar sebuah lokakarya yang merupakan kesaksian betapa besarnya masalah sampah laut itu. Gunungan puing terkonsentrasi yang diciptakan oleh tsunami setinggi 10 meter itu kini memperbesar bahaya tersebut. 

Studi yang dilakukan Maximenko terhadap transportasi dan arus samudra itu memprediksi bahwa terdapat lima wilayah utama dalam samudra dunia yang akan menjadi tempat berkumpulnya sampah tersebut bila puing itu tidak tersapu ke pantai atau tenggelam ke dasar laut, terurai atau tertelan oleh satwa laut. Kawasan itu akan menjadi "petak-petah sampah." 

North Pacific Garbage Patch telah masyhur sebagai pulau sampah di Pasifik Utara. Beberapa tahun lalu, North Atlantic Patch telah terbentuk, dan petak-petak sampah baru juga ditemukan di Atlantik Selatan, Samudra Hindia Selatan, dan Pasifik Selatan. "Peta pemodelan ini menunjukkan di mana puing sampah laut yang mengapung itu dapat dibersihkan," ujarnya.

No comments:

Post a Comment