05 February 2011

waspadai kram jantung saat olahraga

Olahraga seperti sepakbola,futsal,
badminton, tenis, lari atletik termasuk contoh olahraga keras karena mempunyai gerakan-
gerakan eksplosif yang bisa cepat menaikkan denyut nadi.

Agar tidak menimbulkan bahaya pada tubuh sesuaikan olahraga tersebut dengan dosis dan umur Anda.

Dokter olahraga yang sudah malang melintang menangani PSSI dan KONI DR.med.Suhantoro, SpKO, FACSM (K) mengatakan olahraga bislakukan tidak sesuai dosis, jenis olahraga dan umur.

"Orang banyak yang mengabaikan soal dosis olaharaga yang aman sesuai umur, sehingga banyak kasus orang yang meninggal setelah olahraga," kata DR
Suhantoro dalam perbincangannya
dengan detikHealth , Sabtu (4/2/2011).

Ketika orang masih berusia 20-25 tahun atau sampai maksimal 30 tahun, tubuh masih bisa melakukan kompensasi terhadap kegiatan olahraga yang berat.

Tapi ketika usia seseorang sudah di atas 30 tahun maka orang perlu mengetahui dosis dan jenis olahraga yang aman
sesuai usianya.

Saat berolahraga, kata DR Suhantoro, detak jantung, tekanan darah sistolik (atas), dan cardiac output (jumlah darah yang dipompa per denyut jantung)
semua mengalami peningkatan.

Aliran darah ke jantung, otot, dan kulit juga meningkat. Akibatnya,
metabolisme tubuh menjadi lebih aktif memproduksi CO2 (karbondioksida/ oksida asam) dan H+ (ion proton) pada otot. Akhirnya orang akan bernapas lebih
cepat dan lebih dalam untuk memasok oksigen lebih banyak karena metabolisme yang meningkat ini.

Tapi olahraga berat itu membuat
metabolisme tubuh tidak bisa lagi hanya mengandalkan pasokan oksigen tapi menggunakan proses biokimia.

Proses biokimia ini menghasilkan asam laktat yang kemudian memasuki aliran darah. Penumpukan asam laktat ini
akan membuat tubuh merasa capek saat olahraga.

Kadar oksigen juga menurun
akibat penumpukan karbondioksida dalam darah. Jika oksigen turun maka sel-sel tubuh akan mati. "Jadi ada miliaran darah mati saat orang
berolahraga, karena saat olahraga tubuh orang akan menjadi asam, Ph akan menjadi sekitar 6,7-6,8.

Padahal tubuh itu harus dalam kondisi basa yaitu Ph 7," ungkap DR Suhantoro. Ada ancaman kematian jika Ph tubuh saat olahraga akibat kecapekan mencapai Ph 6,3. Inilah yang menyebabkan terjadi kram otot dan kram jantung yang membuat banyak orang terkena serangan jantung setelah berolahraga.

Tubuh perlu waktu sekitar 30 menit
untuk menetralkan asam ini dengan
cara istirahat. "Maka itu jika tubuh sudah ngos-ngosan sebaiknya itu istirahat dulu jangan dipaksakan berlari terus ini untuk recovery," kata dokter Suhantoro yang kini berusia 67 tahun.

Bagaimana dosis olahraga yang aman? Menurut DR Suhantoro cara yang aman adalah mengukur denyut nadi maksimal
(DNM).

DNM adalah denyut nadi
maksimal yang dihitung berdasarkan rumusan DNM = 220- Umur, kemudian dikalikan dengan intensitas membakar lemak 60-70 persen DNM. DR Suhantoro mencontohkan orang yang berusia 40 tahun maka DNM saat ia berolahraga adalah 220-40 = 180.


Kemudian angka 180 dikalikan dengan 60 persen untuk batas ringan dan 70 persen untuk batas atas yang hasilnya 108-126.

Dengan mengetahui denyut nadi
tersebut, maka orang yang berusia 40 tahun harus berhenti sejenak dari olahraganya ketika denyut nadinya sudah melampaui 126.

Jika masih dipaksakan yang terjadi adalah kram jantung yang membuat serangan jantung. Untuk menghitung denyut jantung bisa
dengan cara menghitung nadi di dekat tangan atau yang lebih praktis memakai
jam yang ada detak jantungnya.

"Sekali lagi perlu diperhatikan kondisi denyut jantung saat berolahraga jangan sampai melebihi btas maksimal yang
bisa membahayakan jantung," ingat Dr Suhantoro.

Jika sudah merasa melampaui dosis saat lari di futsal berikan saja bola-bola itu ke orang lain yang masih kuat.

Satu lagi saat istirahat minumlah air dengan suhu 15-16 derajat atau minuman manisdengan kadar gula 2,5-5 persen. "Minuman yang terlalu dingin akan sulit diabsorb tubuh karena suhu tubuh setelah olahraga sedang dalam kondisi panas," jelas Dr Suhantoro.

No comments:

Post a Comment