11 July 2010

Suka Pilih-pilih Makanan TermasukPenyakit

Dampak
langsung dari kebiasaan pilih-pilih
makanan memang tidak seburuk
gangguan pola makan yang lain.
Namun jika dibiarkan, dalam
jangka panjang gangguan ini bisa
mengancam kesehatan tulang dan
jantung.

Dikutip dari Dailymail, Minggu
(11/7/2010), seseorang yang
mengalami Selective Eating
Disorder (SED) tidak mampu
mengontrol pilihan makanan yang
akan disantap. Misalnya hanya mau
makan jenis makanan tertentu,
atau makanan yang dimasak
dengan cara tertentu.
Dibandingkan dengan gangguan
pola makan yang lain seperti
anorexia atau bulimia, SED memang
kurang banyak mendapat
perhatian. Selain dampak yang
terlihat tidak terlalu banyak,
banyak teori yang menyebut SED
sebagai sebuah fase yang normal
dalam pertumbuhan psikologis
seorang anak.
Masalah baru muncul ketika
gangguan ini dialami oleh orang
dewasa, yang menerapkan
batasan terlalu ketat terhadap
pilihan makanannya. Menurut
American Psychological
Association (APA), dalam jangka
panjang kebiasaan ini bisa memicu
berbagai masalah terkait defisiensi
atau kekurangan nutrisi.
Masalah jantung dan pembuluh
darah adalah salah satunya.
Apabila pilihan makanan lebih
banyak mengandung garam dan
kolesterol, maka seorang
penderita SED akan berisiko
mengalami hipertensi, serangan
jantung maupun stroke.
Sedangkan jika cenderung memilih
soda dan makanan manis, gigi akan
menjadi mudah keropos. Demikian
juga apabila tidak menyukai susu
atau makanan lain yang
mengandung kalsium, maka tulang
akan mudah keropos.
Berbagai penelitian belum berhasil
menyimpulkan dengan pasti
bagaimana gangguan tersebut bisa
terjadi, namun diduga terkait
respon tertentu terhadap
makanan yang memiliki tekstur
dan bau tertentu. Spekulasi yang
lain mengatakan, gangguan
obsesif-kompulsif (tidak mampu
mengontrol pikiran) turut
berperan dalam SED.
Sebagai bentuk kepedulian, para
psikolog di APA tengah
mempertimbangkan untuk
mensejajarkan SED dengan
gangguan pola makan utama
seperti anorexia dan bulimia. SED
akan dimasukkkan dalam kategori
gangguan pola makan yang 'tidak
dinyatakan khusus'.
Jika disepakati, kategori baru
tersebut akan dimunculkan oleh
APA dalam Diagnostic and
Statistical Manual of Mental
Disorders edisi yang akan datang.

No comments:

Post a Comment